“Nunggu lama ya? Maaf ya kak.” Ujar Reyza saat memasuki mobil hitam milik sang kekasih.
“Engga kok sayang, kaka baru aja nyampe”
Dirasa Reyza sudah memakai sabuk pengaman dan duduk nyaman di kursi samping pengemudi, Hesya selaku kekasih Reyza melajukan mobilnya.
“Kamu mau makan malam dimana?”
“Yang simple aja kak, aku lagi mau dining di tempat yang outdoor pemandangannya laut gitu dan bisa liat bintang!” Ucap Reyza girang, Hesya terkekeh kecil.
“anything for you, kita cari ya tempat makan yang seperti itu.”
Selama perjalan keduanya sibuk mengamati pemandangan jalan yang padat sekaligus mendengarkan lagu yang di putar oleh radio mobil.
“Kamu cantik banget malam ini.” Puji Hesya secara tiba-tiba, pipi Reyza bersemu merah muda bagai buah persik.
“Kaka juga, hari ini penampilan kaka menawan, omong-omong di belakang ada jas, baju ganti kaka kah?”
“Iya sayang. Kaka masih pakai baju kantor, ga sempet ganti baju karna buru-buru mau lihat wajah manis kamu.”
Perlahan tangan kiri Hesya menggenggam tangan Reyza, mengangkatnya lalu mengecupnya.
Reyza cukup terkejut karna perlakuan Hesya yang tiba-tiba namun perlahan ia tersenyum tipis.
Selang 20 menit berkeliling kota, akhirnya kedua insan itu menemukan tempat makan yang cocok.
Hesya memarkirkan mobilnya sedangkan Reyza sedang sibuk merapihkan pakaiannya.
Selesai memarkirkan mobil dengan benar Hesya keluar dari mobil, memutari mobil tersebut lalu membuka pintu kursi yang Reyza tempati.
“Ah..makasih kak.”
“no problem, honey.”
Reyza memeluk lengan Hesya, keduanya pergi kearah pintu masuk restoran sederhana yang mereka pilih.
“Untuk dua orang, kamu mau outdoor atau indoor sayang?”
“Outdoor aja kak.” Hesya mengangguk paham, memesan 1 meja dengan 2 kursi yang berada di area outdoor.
Mereka duduk di meja makan yang mereka pilih, sesuai seperti yang Reyza mau.
Restoran dengan pemandangan langit penuh bintang dan view lautan pantai.
Waiter datang ke meja mereka berdua, mempersilahkan sepasang kekasih itu untuk memesan makanan.
“Carbonaranya satu ya, minumnya lychee tea.” Ujar Reyza.
“Kalau saya steak sirloin saja, minumnya latte, terimakasih.”
Waiter tersebut mengangguk, mengambil menu yang ia kasih ke Hesya dan Reyza lalu melenggang pergi.
“Kamu suka?” Tanya Hesya menggenggam jemari Reyza.
“Suka banget, kaka pintar memilih tempat.”
“Syukurlah, kamu senang kaka juga senang.” Hesya tersenyum tenang, kembali mengecup punggung tangan Reyza.
15 menit, akhirnya pesanan keduanya datang, mereka berdua mulai memakan pesanan mereka.
Sesekali Pria berumur 25, Hesya menatap kekasihnya yang makan dengan lahap.
Reyza yang menyadari jika sedari tadi Hesya menatapnya mulai menatap Hesya balik.
“Kaka jangan natap aku terus, makan steaknya.”
“Kaka lihat kamu makan juga udah kenyang sepertinya” Ujar Hesya lalu di akhiri kekehan kecil.
“Ihh abisin makanannya, jangan buang makanan.”
“Iya sayang, kaka habisin.”
Selesai membayar makanan mereka, sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan sekitar 4 tahun itu pergi ke taman.
Reyza memeluk lengam Hesya erat, menyenderkan kepalanya ke pundak lebar Hesya lalu menatap lautan pantai.
“Kamu senang hari ini pergi sama kaka?
“Seneng banget! Makasih udah luangin waktu buat aku.”
Hesya tersenyum, menggusak surai hitam legam Reyza lalu mengecup dahinya.
“Kaka selalu siap luangin waktu buat kamu, bilang ya kalau mau sesuatu, jangan merasa keberatan sayang.”
Reyza mengangguk kecil, kedua insan tersebut menatap bintang yang bertaburan banyak di langit malam ini.
“Kaka sayang banget sama kamu, kaka bersyukur punya kamu.”
Hesya secara tiba-tiba melenggangkan pelukan Reyza di lengannya, ia menggenggam tangan Reyza.
Tangan kanannya meraih sesuatu barang di dalam saku jasnya.
Hesya mengeluarkan kotak berbulu berwarna merah, membuka kotak tersebut lalu memasangkan cincin ke jari manis Reyza.
“Kamu mau kan? jadi teman hidup kaka?”
Reyza membeku, perlahan ia menganggukan kepalanya.
Memeluk Hesya dengan erat, seakan Hesya akan pergi jauh dari dirinya.
Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Hesya, Hesya membalas pelukan kekasihnya.
“Kaka, makasih.” Gumam Reyza, Hesya mengangguk, mengangkat wajah Reyza yang sembab akibat menangis.
Netra mereka bertemu dan dalam hitungan detik, Hesya membawa Reyza ke dalam sebuah ciuman.
Bukan ciuman penuh nafsu, namun ciuman penuh rasa cinta Hesya kepada Reyza.
10 detik berciuman, Hesya melepaskan ciumannya, ia menangkup pipi Reyza. Mengecup dahi Reyza kembali lalh memeluknay dengan erat.
“i love you so much, Reyza Adam.”
*“i love you more, Hesya.”