14. nganterin

“Gila anjing? Dia minum berapa banyak?” Ujar Mahen ketika melihat Jaya yang tepar di gendongannya.

“Gue gatau, 3 botol kayaknya..” cicit Juna, Mahen menggelengkan kepalanya pelan heran dengan tingkah laku anak blangsakan tersebut.

“eum..”

Mahendra bisa merasakan Jaya kini menggeliat di dalam gendongannya, semakin mengeratkan pelukan pada lehernya dan mendusalkan wajahnya lebih dalam di ceruk leher Mahendra.

Mahendra membuka pintu mobil milik Jaya lalu menidurkannya di kursi penumpang dan memasangkan seat belt untuknya.

Hening melanda keduanya, tentu saja karena Jaya masih terlelap nyenyak.

Mahendra sesekali mencuri pandangan ke arah Jaya, menatap wajah milik sang musuh.

Bisa Mahen akui, Jaya memang mempunya paras yang indah.

“Mahen lo mikir apaansih, ayo fokus nyetir aja lo.” gumam Mahen kecil lalu kembali memfokuskan atensinya ke arah jalanan yang ramai.

Setelah 20 menit perjalanan, Mahen tiba di kediaman Jaya.

Jujur saja Mahen menahan nafasnya sebentar ketika melihat besarnya rumah Jaya, rumah itu benar-benar besar sepertinya 2 kali lipat lebih besar dari rumahnya.

“Jay..udah nyampe.” lirih Mahen kecil sembari menengok ke arah Jaya yang masih tertidur pulas.

Mahen menghela nafas gusar lalu keluar dari pintu mobilnya, berjalan ke arah pintu mobil penumpang lalu membukanya.

Dengan perlahan ia buak seat belt yang ia pasangkan kepada Jaya dan mengangkat tubuh lumayan ringan itu ke dekapannya.

Mahen berjalan ke arah pintu utama rumah Jaya dan memencet bell yang terpasamg di tembok rumah tersebut.

2 pria keluar dari pintu rumah itu dengan baju yang sama.

“Loh kak Jaya, ini siapa?” Ujar Jaka lalu melirik Mahen dan Jaya bergantian.

“G-gue temen kaka lo, ini dia tadi ketiduran di mobil.” Mahen menyerahkan Jaya kepada Jaka, untung saja pria itu masih bisa menggendong sang kakak.

“Jaka, lo duluan aja.”

Jaka mengangguk paham, sepertinya kembarannya itu akan mengintrogasi pria yang membawa pulang kakaknya.

Saka melirik tajam ke arah Mahen.

“Lo engga apa-apain kaka gue kan?” Mahen menggrleng sebagai jawaban dari pertanyaan Saka.

“Ini kunci mobil kakak lo, gue pulang bakal naik ojek aja”

Mahen tidak mau berlama-laman di tatap dengan pemuda tampang es ini.

Dengan cepat Mahen keluar dari kediaman itu, ah sial adik-adik Jaya mengapa menyeramkan!