Sunghoon memijakan telapak kakinya di dalam gedung besar yang kini menjadi tempat kerjanya.
Ia baru saja diterima kerja di perusahaan besar, membuatnya senang bukan main karena biasanya Sunghoon selalu ditolak oleh perusahaan-perusahaan besar namun perusahaan kali ini langsung menerimanya.
Tanpa interview sama sekali.
Dengan perasaan gugup, perlahan jari-jari milik Sunghoon mulai menggenggam gagang pintu ruangan Boss di perusahaan itu.
Membuka pintunya sedikit lalu menyembulkan kepalanya, menatap kearah setiap sudut di ruangan itu lalu tatapannya berhenti tepat di depan bosnya yang kini duduk sembari bermain dengan handphonenya.
“Permisi..” lirih Sunghoon pelan dan mulai memasuki ruangan besar bosnya dan menutup kembali pintu yang terbuat dari kayu itu.
Atensi sang boss beralih kepada Sunghoon yang kini berdiri di depan meja kerjanya, ia mulai menaikkan kacamatanya kembali lalu menatap Sunghoon.
“Park Sunghoon, ya?”
Sunghoon mengangguk dengan cepat, membuat si bosa terkekeh pelan atas tingkah seseorang di depannya ini yang akan menjadi sekretaris barunya.
“saya Park Jongseong, pemilik perusahaan ini” Ucap Jongseong sembari mengulur tangannya, dengan cepat Sunghoon mulai menggenggam tangan itu, membalas salaman yang diberikan Jongseong.
“jadi, saya bisa mulai bekerja sekarang?”
“tentu saja! tapi apakah kamu tidak mau bersenang-senang terlebih dahulu, Sunghoon?”
Sunghoon menaikan kepalanya, menatap atasannya yang kini sedang menatapnya juga.
“bersenang-senang? seperti apa?”
Jongseong menghela nafasnya kasar lalu mulai berdiri dari kursi kebanggaannya, menghampiri Sunghoon yang kini masih terdiam di kursi khusus tamu di ruangan Jongseong.
Dengan tidak sopannya, Jongseong mulai mengalungkan tangannya di leher Sunghoon, menempelkan bibir plump miliknya ke telinga Sunghoon, dan mulai membisikan kata-kata yang membuat bulu kuduk Sunghoon merinding seketika.
”bagaimana jika kamu memuaskan lubang milik atasanmu terlebih dahulu, Park Sunghoon”
Sunghoon terdiam akan ucapan yang baru saja Jongseong lontarkan, matanya mulai melirik ke arah bawah dan melihat tangan milik Jongseong mulai mengelus are privasinya, membuat Sunghoon harus menggigit bibirnya.
Jongseong mulai berdiri di depan Sunghoon, menarik dasi berwarna merah marun milik yang lebih muda, membuat kepala Sunghoon maju ke depan dan bibirnya bersentuhan dengan bibir milik Jongseong.
Sang atasan mulai menyesap bibir Sunghoon, mencoba memimpin permainan mereka namun itu semua sia-sia, Sunghoon adalah pihak dom dan dia berhasil dikalahkan oleh Sunghoon.
Sunghoon mulai mengungkung Jongseong tepat di meja milik sang atasannya, mulai memainkan lidahnya di dalam mulut kecil milik Jongseong.
Mengabsen gigi Jongseong lalu menyapa lidah mungil Jongseong, Jongseong yang mulai kehabisan nafas memukul dada Sunghoon pelan.
Sunghoon yang mengerti arti dari pukulan itu mulai melepas ciuman mereka, Sunghoon menatap Jongseong yang kini sibuk mengatur nafasnya, menatap lekuk tubuh yang dimiliki Jongseong dan tubuh Jongseong benar-benar bagus.
Pinggang kecil dan paha besar itu sangat cocok di tubuh Jongseong.
Wajah kecil yang di hiasi mata tajam dan bibir kecil membuat Jongseong dua kali lipat nampak menggoda di mata siapapun yang melihatnya.
Jongseong melirik Sunghoon yang kini berdiri di depannya. Dengan senyuman nakal, Jongseong mulai menungging di depan Sunghoon.
Sunghoon membeku kala melihat yang lebih tua menungging di depannya layaknya seorang jalang yang meminta untuk di sentuh.
“a-apakah aku boleh membuka celana mu?” Tanya Sunghoon dengan sopan, ia tidak mau merasa lancang walau nafsunya sudah di tingkat yang paling tinggi.
Jongseong yang mendengar itu hanya terkekeh kecil, “tentu saja, kau boleh membukanya Sunghoon”.
Dengan perlahan, Sunghoon mulai menurunkan celana dan dalaman yang Jongseong kenakan.
Pantat sintal itu memiliki tatto dengan tulisan 'Jay's' yang tercetak tepat di pipi pantat bagian kanan Jongseong.
Mata Sunghoon melirik ke bawah, menatap lubang anal milin Jay yang sudah basah sedari tadi, jari telunjuknya dengan sengaja ia masukan ke dalam lubang Jongseong, membuat empunya memekik kencang.
“Eungh!—“
Satu pekikan lolos dari bibir kecil Jongseong.
Sunghoon mulai menambahkan jari tengahnya, membuat Jongseong lagi-lagi harus memekik kesakitan karena perlakuan Sunghoon.
Pelan-pelan Sunghoon menggerekan kedua jarinya di dalam lubang Jongseong, mencoba memperbesar ukuran lubang itu agar penis miliknya cukup untuk memasukinya.
Setelah merasa cukup, ia mulai menarik resleting celananya ke bawah, mengeluarkan penisnya yang sedari tadi sudah mengeras.
Sunghoon mulai mendekatkan bibirnya ke telinga Jongssong yang memerah, “apakah...sudah pernah melakukannya sebelumnya?”.
“sudah, dengan mainan yang aku beli shh~“
“such a slut“
Mendengar Sunghoon yang merendahkannya membuat tubuh Jongseong makin memanas dan libidonya naik, menginginkan Sunghoon untuk segera menghantam rectumnya dengan cepat dan kasar.
Sunghoon menempelkan ujung penisnya tepat di pintu masuk lubang Jongseong, menggesekan ujung penisnya beberapakali. Mencoba untuk menggoda Jongseong.
“F-fuckh—fuck me Park Sunghoon!” Pekik Jongseong kala merasa tubuhnya mulai panas lagi, dia benar-benar kesal karena Sunghoon tidak kunjung memasukan penisnya ke dalam lubangnya.
Tanpa aba-aba apapun, Sunghoon mulai memasukan penisnya ke dalam lubang anal Jongseong dengan kasar membuat tubuh ramping milik Jongseong bergetar.
Tidak membiarkan Jongseong beristirahat sama sekali, Sunghoon mulai menggerakan penisnya bak orang kesetanan.
Menumbuk lubang Jongseong dengan kasar dan cepat buat si manis terhentak-hentak di meja.
Tangan Sunghoon turun ke perut rata milik Jongseong, menyibak jas yang Jongseong kenakan lalu dengan santainya memainkan nipples Jongseong.
Jongseong mengerang, tubuhnya benar-benar di hantam oleh kenikmatan berkali-kali, kakinya mulai melemas karena serangan Sunghoon.
Titik manisnya di tumbuk berkali-kali oleh Sunghoon, membuat dirinya mendesahkan nama pria yang kini menggagahinya.
Sunghoon mulai membenamkan mukanya di leher Jongseong, menjilat dan mengecupi tanda lahir berbentuk hati yang Jongseong miliki.
Setelah selesai dengan acara mengecupi leher Jongseong, Sunghoon kembali menatap pantat besar Jongseong.
Lalu dengan tiba-tiba menampar pantat itu membuat Jongseong memekik ke sakitan, Sunghoon menampar pantatnya berkali-kali sembari menggerakan penisnya dengan kasar di dalam Jongseong.
“c-close..faster S-sunghoon“
Sunghoon mulain mempercepat gerakannya, membuat Jongseong terhentak-hentak kembali.
Jongseong mendesah lega kala cairan putihnya berhasil keluar, mengotori lantai keramik di ruangan Jongseong. Sedangkan Sunghoon sendiri mengeluarkan cairannya di dalam lubang Jongseong.
Mencabut penisnya dari dalam Jongseong, mata sayunya menatap lubang Jongseong yang kini kotor karena spermanya, bahkan spermanya meleber keluar dari dalam lubang Jongseong.
Jongseong dan Sunghoon sama-sama mengatur nafasnya, Jongseong membalikan tubuhnya lalu meraup bibir Sunghoon.
Tentu saja Sunghoon membalas ciuman itu, Sunghoon mulai mendudukan yang lebih tua di atas meja kerja.
Tangan kekarnya yang berurat memeluk pinggang atasannya, memperdalan ciuman itu.
Setelah keduanya merasa cukup mereka mulai memutuskan ciuman itu, Jongseong menatap Sunghoon lalu perlaha ia mulai membuka kakinya.
“Again?“
Sunghoon terkekeh pelan, “* sure, why not?*“.