reyysajaa

Special Day

Jay tersenyum cerah, menatap pantulan dirinya yang menggunakan tuxedo putih dan pita, juga mahkota bunga di atas kepalanya.

Ya, hari ini pernikahaannya dengan Heeseung, kekasihnya sejak 2 tahun yang lalu, ia dan Heeseung berhasil menjalani hubungan mereka tanpa guncangan sama sekali karena keduanya punya pemikiran yang dewasa.

Merasa ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan yang ia tempati, Jay melirik menatap Jake, sahabatnya sejak kecil yang sudah berdiri di sana sambil tersenyum.

“Kenapa?”

“Acaranya udah mau mulai Jay, mau sampai kapan kamu berdiri disitu terus?” Jay terkekeh pelan, lalu mendekat kearah Jake sambil memegang bouquet bunga mawar merah dan putih itu.

“Maaf, aku terlalu shock sampe ga sadar” Ujar Jay membuat Jake menghela nafas kecil lalu mereka berdua mulai keluar dari ruangan tempat berganti baju itu.

Manik mata Jay bisa melihat Heeseung yang berdiri di altar dengan senyum di wajahnya itu, mengenakan tuxedo hitam dan keningnya yang ter-expose membuat Heeseung semakin tampan.

Jake dan Jay mulai jalan berdampingan menuju altar pernikahan itu, Jay menaikan kakinya ke anak tangga altar lalu mulai tersenyum saat berhadapan dengan Heeseung.

Sedangkan Jake sendiri sudah turun dari altar dan duduk di kursi khusus yang tersedia di sana.

Kedua mempelai itu sudah siap untuk memasang cincin di jari manis mereka sembari mengucapkan janji pernikahan tapi sebelum Heeseung melakukan itu Jay mencegatnya dengan cara menahan jari Heeseung yang hampir memasukan cincin pernikahan itu ke jari manisya.

Raut wajah Heeseung berubah bingung, dia melirik ke arah Jay yang masih tersenyum, Heeseung bisa melihat jari kecil milik Jay bergetar.

“Kenapa?” Bisik Heeseung pelan sembari menatap kedua mata Jay.

Jay mulai menarik nafas lalu mengeluarkannya secara perlahan, menggenggam bouquet bunganya dengan erat guna menyalurkan ke gugupannya.

“Sebelum itu, ada yang harus aku sampaikan”

Semua tamu undangan menatap Jay serentak, tangan Jay terulur menyuruh Jake untuk berdiri di sebelahnya.

“Ada apa Jay?”

Jay tersenyum pelan, tangan kanannya mulai menggenggam kedua tangan milik Jake lalu memberikan cincin pernikahannya kepada Jake membuat empunya membulatkan matanya.

Tangan kirinya beranjak menggenggam kedua tangan milik Heeseung lalu menyatukan tangan keduanya agar saling menggandeng.

“kalian serasi, jangan di tutupin lagi”

Perlahan genggaman tangan Jay pada tangan Heeseung dan Jake melemah, ia mulai mengambil mahkota bunganya dan menaruhnya di atas kepala Jake.

bouquet bunga mawar yang sedari tadi ia genggam mulai ia letakan di tengah-tengah Heeseung dan Jake.

“J-Jay maksut kamu apasih?” Jake melepas genggamannya dengan Heeseung lalu berjalan kearah Jay.

“Jake, dari awal aku tau kamu suka kak Hee kan? Kak Hee suka Jake juga kan? Jadi kalian gausah pura-pura lagi sekarang? Kalian sama-sama saling menyayangi. Kak Hee gausah pura-pura sayang aku lagi dan Jake jangan pura-pura ga sayang kak Hee..”

Heeseung mematung, kakinya melemas, kepalanya masih setia menunduk tidak berani melihat raut wajah kecewa(?) milik Jay.

“Disini aku antagonisnya, maaf udah bikin kalian jadi susah pacaran di public, ayo sana ucap perjanjiannyaa”

Berat bagi Jay tapi memang takdirnya sudah begini, bahwa sahabat kecilnya mencintai kekasihnya dan sebaliknya juga seperti itu, sedangkan dia hanya perantara sepertinya di hubungan mereka berdua.

Tidak sulit bagi Jay untuk menyimpulkan jika mereka saling mencintai, setiap kali ia berkencan dengan Heeseung, Heeseung selalu menanyakan kabar Jake bukan dirinya toh.

Jay melirik Jake yang masih berdiri di altar bersama Heeseung itu.

“Kamu keliatan lebih cocok pake mahkota bunga itu Jake, ketimbang aku”

The Prince

Sunghoon menatap sebuah bingkai yang di dalamnya terdapat foto sang pujaan hatinya, seseorang yang selama beberapa bulan itu mengambil atensinya hanya karena saat itu mereka berpapasan tapi dia sudah jatuh cinta dengan orang itu.

Sunghoon atau biasa di panggil Prince Hoon itu mulai menaruh bingkai foto itu di mejanya kembali, matanya menatap pantulan dirinya di cermin, dia merapihkan pakaiannya sedikit agar tidak terlihat kusut di mata orang lain.

Pangeran Hoon kereta mu sudah siap

Sunghoon menoleh ke arah suara itu lalu mengangguk, dia mulai berjalan keluar kamarnya menuju kereta kudanya yang sudah siap di depan istananya yang megah itu.

Dia di undang ke pesta ulang tahun milik Jay atau bisa di panggil Prince Jong pujaan hati Sunghoon, jarak istananya ke istana Jay tidak terlalu jauh hanya memakan waktu sekitar 20 menitan untuk sampai ke istana milik keluarga Jay itu.

Selama perjalanan Sunghoon bisa melihat banyak kereta kuda dari kerajaan lainnya yang mendatangi pesta ulang tahun milik Jay itu, bukan hanya dia, banyak pangeran lainnya yang berlomba lomba untuk memenangkan hati milik Jay.

Semoga saja dia beruntung hari ini

 _

Sekarang Jay sibuk di dandani oleh maid-maid di kerajaannya, dia menatap dirinya di cermin, semoga saja malam ini dia menemukan Pasangannya untuk meneruskan gelar Raja kerajaannya karena jujur Jay belum siap untuk menjadi Raja.

Pangeran Jong jangan khawatir, saya percaya malam ini pasti Pangeran Jong akan mendapatkan Pasangan”

Jay tersenyum ketika mendengar kata-kata salah satu maidnya yang sibuk menata rambutnya, dia mengangguk pelan sambil tersenyum, di pikir-pikir itu salah Jay juga, bangak pangeran atau putri yang ingin sekali mendapatkan hati dia tapi pernyataan cinta mereka selalu saja Jay tolak, tidak tahu kenapa tapi seakan akan otomatis.

Setelah 1 jam lebih, Jay akhirnya selesai di dandani, dia menatap dirinya di cermin ah menawan, dia sangat suka dengan baju yang di pilihkan oleh maidnya itu, dia harus berterimakasih kepada maid-maid karena sudah membantu mendandaninya dan memilih bajunya itu.

Jay mulai keluar dari kamarnya dan menatap aula kerajaannya yang sebentar lagi akan di isi oleh banyak tamu yang dia undang.

Sekarang Sunghoon sedang sibuk berbincang bersama pangeran-pangeran dari berbagai kerajaan.

Prince Hoon aku dengar kamu mau mengajak Prince Jong berdansa bukan malam ini?”

Sunghoon mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran bule itu, Prince jaeyoon atau biasa di panggil Jake.

Jake menepuk pundak Sunghoon pelan sebagai tanda semangat untuk Sunghoon, sedangkan Sunghoon hanya tersenyum dan mulai lanjut meminum wine yang ada di gelasnya.

Matanya memandang ke depan, menatap tangga besar yang nanti akan di lewati oleh Jay saat pukul 00.00, ah dia jadi tidak sabar, membayangkan pujaan hatinya berjalan melewati tangga besar itu sambil tersenyum dan menyapa semua tamu, semoga saja dia bisa mengajak Jay untuk berdansa.

1 hal yang dia takuti adalah dia memiliki saingan, seorang pangeran yang sangat dekat dengan Jay.

Prince ethan

Lelaki itu selalu dekat dengan Jay, Sunghoon jadi berpikir bahwa nanti Jay akan memilih Heeseung atau Prince ethan itu ketimbang dirinya, tapi sebelum mencoba dia tidak boleh menyerah bukan?? Lihat saja nanti, siapa tau keberuntungan memihak kepadanya.

Prince hoon?

Merasa ada yang memanggilnya, Sunghoon menoleh lalu menatap datar orang yang ada di hadapannya itu.

“Ada urusan?”

“Tidak, hanya saja kau ingin mengajak Prince Jong berdansa bukan malam ini? Pfft good luck deh, semoga bisa ngalahin saya haha”

Heeseung meninggalkan Sunghoon yang mukanya sudah merah padam karena amarahnya saat Heeseung mengatakan seperti itu ke padanya.

“Dasar terlalu pede sekali” batin Sunghoon lalu kembali memakan kue yang ada di tangannya itu.

Jay menatap aula kerajaannya yang sudah di penuhi oleh tamu-tamu yang dia undang itu, ah dia sangat gugup, dia selalu berharap semoga saja Pasangannya ada di dalam pesta ini.

Di sisi lain ada Sunghoon yang setia menatap ke depan, menunggu Jay untuk turun ke aula ini, dia melirik kearah jam besar yang terpajang di aula itu, beberapa menit lagi Jay akan turun.

Jarum jam menunjuk ke angka 12, semua tamu sudah setia menatap ke depan aula itu, menunggu Jay turun, dan akhirnya Jay turun bersama Sang Raja atau Ayahnya, dia tersenyum manis ke arah para tamu, senyuman yang bisa membuat seseorang langsung jatuh cinta kepadanya, termasuk Sunghoon.

Kini Jay sudah berada di aula itu, dia mulai membuka lembaran kertas berisi teks pidato yang akan dia bacakan sekarang.

“Selamat malam untuk semua tamu yang sudah hadir di perayaan ulang tahun saya, saya sangat berterimakasih karena kalian sudah mau meluangkan waktu untuk pergi ke pesta saya, harapan saya di ulang tahun saya kali ini yaitu saya memiliki Pasangan agar gelar Raja bisa di ambil. Kalau kalian bertanya kenapa tidak saya yang ambil

Jawabannya adalah saya akuin saya belum terlalu siap untuk menjadi Raja dan mengatur kerajaan ini, mungkin hanya itu saja yang bisa saya sampaikan, selamat menikmati hidangan dan silahkan berdansa!”

Suara tepuk tangan menggema di aula itu, selang beberapa menit kini orang-orang kembali sibuk dengan aktivitas masing masingnya, ada yang berdansa dan ada juga yang menyantap hidangan.

Jay hanya menatap tamu-tamunya, atensinya sempat di alihkan ke arah pangeran-pangeran lain yang asik berbincang sebenarnya Jay ingin ikut berbincang bersama mereka tapi Jay terlalu gengsi hehe.

Sedangkan di lain sisi Sunghoon masih asik menatap Jay di sebrangnya, melebihi ekspetasinya, Jay benar benar cantik sekarang, mahkota dengan bunga-bunga yang berada di atas kepalanya itu menambah kecantikan Jay.

Sunghoon menghembuskan nafasnya pelan dan menetralkan detak jantungnya terlebih dahulu sebelum berjalan ke arah Jay.

“Permisi Prince Jong, apakah aku mengganggumu?”

“Tidak sama sekali, Prince Hoon

“Kau tahu nama ku?”

“Tentu saja, ayah mu sering datang ke kerajaan ku”

Sunghoon mengangguk pelan lalu mulai tersenyum sambil menatap Jay dengan lembut, Jay yang di tatap langsung memalingkan wajahnya, pipinya kini di hiasi rona kemerahan karena malu.

“Apakah Prince Jong ingin berdansa bersama saya?”

“A-ah, itu emm aku mau” Jay tidak tahu kenapa, dia tiba tiba menerima tawaran Sunghoon padahal biasanya dia selalu menolak tawaran pangeran lain.

Sunghoon mulai menggengam tangan Jay dan menariknya ke tengah-tengah aula, tangan kirinya menarik pinggang Jay agar menempel dengan tubuhnya sedangkan tangan kanannya masih setia menggenggam tangan kiri Jay.

Mata Sunghoon dan Jay bertemu, pipi Jay benar-benar panas sekarang, sedangkan Sunghoon yang melihat itu hanya terkekeh kecil.

Tanpa mereka sadar, sekarang mereka menjadi pusat perhatian, cahaya malam pun menyinari mereka, tapi mereka seakan tidak peduli, mereka berada di dunia sendiri, saling bertatapan sambil berpikir tentang perasaan mereka.

Sunghoon dan Jay saling bertatapan, senyuman mulai tercetak di muka keduanya, mereka masih asik berdansa tanpa memikirkan sekitar mereka, muka Sunghoon mendekat kini ujung hidung mereka bersentuhan, dahi mereka juga.

Dengan perlahan Sunghoon mencuri 1 ciuman dari ranum kecil milik Jay, Jay tidak memberontak malah dia menerima ciuman itu, tamu-tamu mulai bersorak ketika melihat Sunghoon dan Jay berciuman di tengah aula kerajaan milik Jay.

Jay memukul dada Sunghoon mengartikan bahwa dia kehabisan nafas, ciuman itu di lepas oleh Sunghoon.

I will always love you, my one and only soulmate

______

Wkwkkw maaf agak cringe, ini juga ga aku revisi karena sempet ke reset dan ngetiknya jadi ga mood gitu

And literally ini salah satu oneshoot yang aku kasi banyak effort sampe bikin fotonya wkwkw gatau emang ini udah kemauan dari kemaren kemaren bikin oneshoot kaya gini, i hope you guys like it!!

Pai pai!

The Prince

Sunghoon menatap sebuah bingkai yang di dalamnya terdapat foto sang pujaan hatinya, seseorang yang selama beberapa bulan itu mengambil atensinya hanya karena saat itu mereka berpapasan tapi dia sudah jatuh cinta dengan orang itu.

Sunghoon atau biasa di panggil Prince Hoon itu mulai menaruh bingkai foto itu di mejanya kembali, matanya menatap pantulan dirinya di cermin, dia merapihkan pakaiannya sedikit agar tidak terlihat kusut di mata orang lain.

Pangeran Hoon kereta mu sudah siap

Sunghoon menoleh ke arah suara itu lalu mengangguk, dia mulai berjalan keluar kamarnya menuju kereta kudanya yang sudah siap di depan istananya yang megah itu.

Dia di undang ke pesta ulang tahun milik Jay atau bisa di panggil Prince Jong pujaan hati Sunghoon, jarak istananya ke istana Jay tidak terlalu jauh hanya memakan waktu sekitar 20 menitan untuk sampai ke istana milik keluarga Jay itu.

Selama perjalanan Sunghoon bisa melihat banyak kereta kuda dari kerajaan lainnya yang mendatangi pesta ulang tahun milik Jay itu, bukan hanya dia, banyak pangeran lainnya yang berlomba lomba untuk memenangkan hati milik Jay.

Semoga saja dia beruntung hari ini

 _

Sekarang Jay sibuk di dandani oleh maid-maid di kerajaannya, dia menatap dirinya di cermin, semoga saja malam ini dia menemukan Pasangannya untuk meneruskan gelar Raja kerajaannya karena jujur Jay belum siap untuk menjadi Raja.

Pangeran Jong jangan khawatir, saya percaya malam ini pasti Pangeran Jong akan mendapatkan Pasangan”

Jay tersenyum ketika mendengar kata-kata salah satu maidnya yang sibuk menata rambutnya, dia mengangguk pelan sambil tersenyum, di pikir-pikir itu salah Jay juga, bangak pangeran atau putri yang ingin sekali mendapatkan hati dia tapi pernyataan cinta mereka selalu saja Jay tolak, tidak tahu kenapa tapi seakan akan otomatis.

Setelah 1 jam lebih, Jay akhirnya selesai di dandani, dia menatap dirinya di cermin ah menawan, dia sangat suka dengan baju yang di pilihkan oleh maidnya itu, dia harus berterimakasih kepada maid-maid karena sudah membantu mendandaninya dan memilih bajunya itu.

Jay mulai keluar dari kamarnya dan menatap aula kerajaannya yang sebentar lagi akan di isi oleh banyak tamu yang dia undang.

Sekarang Sunghoon sedang sibuk berbincang bersama pangeran-pangeran dari berbagai kerajaan.

Prince Hoon aku dengar kamu mau mengajak Prince Jong berdansa bukan malam ini?”

Sunghoon mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran bule itu, Prince jaeyoon atau biasa di panggil Jake.

Jake menepuk pundak Sunghoon pelan sebagai tanda semangat untuk Sunghoon, sedangkan Sunghoon hanya tersenyum dan mulai lanjut meminum wine yang ada di gelasnya.

Matanya memandang ke depan, menatap tangga besar yang nanti akan di lewati oleh Jay saat pukul 00.00, ah dia jadi tidak sabar, membayangkan pujaan hatinya berjalan melewati tangga besar itu sambil tersenyum dan menyapa semua tamu, semoga saja dia bisa mengajak Jay untuk berdansa.

1 hal yang dia takuti adalah dia memiliki saingan, seorang pangeran yang sangat dekat dengan Jay.

Prince ethan

Lelaki itu selalu dekat dengan Jay, Sunghoon jadi berpikir bahwa nanti Jay akan memilih Heeseung atau Prince ethan itu ketimbang dirinya, tapi sebelum mencoba dia tidak boleh menyerah bukan?? Lihat saja nanti, siapa tau keberuntungan memihak kepadanya.

Prince hoon?

Merasa ada yang memanggilnya, Sunghoon menoleh lalu menatap datar orang yang ada di hadapannya itu.

“Ada urusan?”

“Tidak, hanya saja kau ingin mengajak Prince Jong berdansa bukan malam ini? Pfft good luck deh, semoga bisa ngalahin saya haha”

Heeseung meninggalkan Sunghoon yang mukanya sudah merah padam karena amarahnya saat Heeseung mengatakan seperti itu ke padanya.

“Dasar terlalu pede sekali” batin Sunghoon lalu kembali memakan kue yang ada di tangannya itu.

Jay menatap aula kerajaannya yang sudah di penuhi oleh tamu-tamu yang dia undang itu, ah dia sangat gugup, dia selalu berharap semoga saja Pasangannya ada di dalam pesta ini.

Di sisi lain ada Sunghoon yang setia menatap ke depan, menunggu Jay untuk turun ke aula ini, dia melirik kearah jam besar yang terpajang di aula itu, beberapa menit lagi Jay akan turun.

Jarum jam menunjuk ke angka 12, semua tamu sudah setia menatap ke depan aula itu, menunggu Jay turun, dan akhirnya Jay turun bersama Sang Raja atau Ayahnya, dia tersenyum manis ke arah para tamu, senyuman yang bisa membuat seseorang langsung jatuh cinta kepadanya, termasuk Sunghoon.

Kini Jay sudah berada di aula itu, dia mulai membuka lembaran kertas berisi teks pidato yang akan dia bacakan sekarang.

“Selamat malam untuk semua tamu yang sudah hadir di perayaan ulang tahun saya, saya sangat berterimakasih karena kalian sudah mau meluangkan waktu untuk pergi ke pesta saya, harapan saya di ulang tahun saya kali ini yaitu saya memiliki Pasangan agar gelar Raja bisa di ambil. Kalau kalian bertanya kenapa tidak saya yang ambil

Jawabannya adalah saya akuin saya belum terlalu siap untuk menjadi Raja dan mengatur kerajaan ini, mungkin hanya itu saja yang bisa saya sampaikan, selamat menikmati hidangan dan silahkan berdansa!”

Suara tepuk tangan menggema di aula itu, selang beberapa menit kini orang-orang kembali sibuk dengan aktivitas masing masingnya, ada yang berdansa dan ada juga yang menyantap hidangan.

Jay hanya menatap tamu-tamunya, atensinya sempat di alihkan ke arah pangeran-pangeran lain yang asik berbincang sebenarnya Jay ingin ikut berbincang bersama mereka tapi Jay terlalu gengsi hehe.

Sedangkan di lain sisi Sunghoon masih asik menatap Jay di sebrangnya, melebihi ekspetasinya, Jay benar benar cantik sekarang, mahkota dengan bunga-bunga yang berada di atas kepalanya itu menambah kecantikan Jay.

Sunghoon menghembuskan nafasnya pelan dan menetralkan detak jantungnya terlebih dahulu sebelum berjalan ke arah Jay.

“Permisi Prince Jong, apakah aku mengganggumu?”

“Tidak sama sekali, Prince Hoon

“Kau tahu nama ku?”

“Tentu saja, ayah mu sering datang ke kerajaan ku”

Sunghoon mengangguk pelan lalu mulai tersenyum sambil menatap Jay dengan lembut, Jay yang di tatap langsung memalingkan wajahnya, pipinya kini di hiasi rona kemerahan karena malu.

“Apakah Prince Jong ingin berdansa bersama saya?”

“A-ah, itu emm aku mau” Jay tidak tahu kenapa, dia tiba tiba menerima tawaran Sunghoon padahal biasanya dia selalu menolak tawaran pangeran lain.

Sunghoon mulai menggengam tangan Jay dan menariknya ke tengah-tengah aula, tangan kirinya menarik pinggang Jay agar menempel dengan tubuhnya sedangkan tangan kanannya masih setia menggenggam tangan kiri Jay.

Mata Sunghoon dan Jay bertemu, pipi Jay benar-benar panas sekarang, sedangkan Sunghoon yang melihat itu hanya terkekeh kecil.

Tanpa mereka sadar, sekarang mereka menjadi pusat perhatian, cahaya malam pun menyinari mereka, tapi mereka seakan tidak peduli, mereka berada di dunia sendiri, saling bertatapan sambil berpikir tentang perasaan mereka.

Sunghoon dan Jay saling bertatapan, senyuman mulai tercetak di muka keduanya, mereka masih asik berdansa tanpa memikirkan sekitar mereka, muka Sunghoon mendekat kini ujung hidung mereka bersentuhan, dahi mereka juga.

Dengan perlahan Sunghoon mencuri 1 ciuman dari ranum kecil milik Jay, Jay tidak memberontak malah dia menerima ciuman itu, tamu-tamu mulai bersorak ketika melihat Sunghoon dan Jay berciuman di tengah aula kerajaan milik Jay.

Jay memukul dada Sunghoon mengartikan bahwa dia kehabisan nafas, ciuman itu di lepas oleh Sunghoon.

I will always love you, my one and only soulmate

______

Wkwkkw maaf agak cringe, ini juga ga aku revisi karena sempet ke reset dan ngetiknya jadi ga mood gitu

And literally ini salah satu oneshoot yang aku kasi banyak effort sampe bikin fotonya wkwkw gatau emang ini udah kemauan dari kemaren kemaren bikin oneshoot kaya gini, i hope you guys like it!!

Pai pai!

Night

——

Nicholas menoleh menatap Jay yang masih sibuk mengunyah makanan pemberiannya.

Merasa canggung, Nicholas mulai membuka suaranya, “Kita udah ga ketemu berapa lama?”.

Jay menelan makanannya itu lalu mulai menggigit makanan di tangannya lagi.

“5 tahun, setelah kejadian surat itu” lirih Jay lalu lanjut menikmati makanannya.

“Lo kenapa ngejauhin gue setelah kejadian itu?”

“Kalo gue ga ngejauhin lo, nanti gue di ledekin sama lo, nyebelin banget” Jay mendengus kasar sembari menatap Nicholas dengan tajam sedangkan Nicholas hanya terkekeh pelan, mendengar omelan si mungil.

“Tapi kan nyebelinnya cuman buat lo doang”

Jay berhenti memgunyah makanannya lalu menatap Nicholas dan memukul pergelangan tangan Nicholas dengan pelan.

shh... sakit anjing” pekik Nicholas ketika merasa pergelangannya di pukul oleh Jay.

“Biarin, lo sih nyebelin, ngeselin minta di makan”

“Sebelum lo makan gue, gue yg duluan makan lo”

Hening melanda mereka berdua lagi, keduanya sama-sama bingung ingin membicara kan topik apa karena sudah lama tidak bertemu.

Lagi-lagi Nicholas membuka suaranya, “jadi gimana?”.

Nicholas menatap Jay yang sedang menatapnya balik dengan raut kebingungan.

“Apaan yang gimana?”

“Ya hubungan lo sama gue, Masih mau temenan atau naik pangkat?”

Jay membulatkan matanya lalu meletakan minuman yang sedari tadi ia minum di sebelahnya, lalu menatap Nicholas.

“Ini lo suka gue juga gitu ceritanya?”

“Ngga ceritanya, emang beneran suka”

Jay menatap lurus kearah jalanan yang ramai itu, kaki panjangnya menendang krikil-krikil yang ada di bawahnya.

“Ya, yaudah”

“Apa?”

“Naik pangkat?”

Nicholas menoleh, menatap Jay yang kini tersenyum kearahnya.

Cup

Satu kecupan kecil Nicholas ambil dari bibir mungil Jay, lebih tepatnya itu first kiss milik Jay, pipi Jay memerah lalu mata kucingnya mulai menatap tajam kearah Nicholas.

Sedangkan sang pelaku hanya tertawa kecil, melihat pipi teman lamanya, ah atau kekasihnya(?) yang sudah merah padam hanya karena di beri 1 kecupan.

“Gemes, gemesnya gue”

Dry lips

——

Kaki panjang milik Sunghoon mulai menaiki tangga besar yang terpasang di rumah besar milik Jay.

Jari-jari Sunghoon mulai menggenggam gagang pintu kamar milik Jay dengan perlahan ia membuka pintu itu mendapati Jay yang kini duduk sambil mengenakan bathrobe.

Merasa ada yang memasuki kamarnya, Jay mulai menoleh melihat Sunghoon yang kini berdiri di depan pintu kamarnya.

Hoonie~ “ panggil Jay manja sembari mengalungkan tanganya di leher milik Sunghoon, sedangkan tangan Sunghoon memeluk pinggang ramping milik Jay.

“Jadi mana pesenan mommy?, mommy ga tahan kalau bibir mommy kering”

“Iya-iya, ini udah hoonie bawain”

“Mana?” Tanya Jay karena sedari tadi dia tidak melihat Sunghoon membawa sesuatu.

Tangan besar milik Sunghoon mulai menangkup kedua pipi chubby milik Jay, ia menempelkan bibirnya dengan bibir Jay.

Melumat bibir kecil milik Jay dengan pelan dan lembut, tanpa terburu-buru.

Lidah Sunghoon mulai bermain di dalam mulut Jay, menggelitik lidah Jay dan mengabsen gigi-gigi milik Jay.

Kedua tangan Sunghoon mulai merambat, mencoba untuk melepas ikatan bathrobe milik Jay.

Namun sebelum melepaskan ikatan itu, tangan Jay menyingkirkan tangan Sunghoon, Sunghoon yang bingung mulai melepaskan ciuman itu.

mommy lagi ga mood buat main Hoonie” Ucap Jay lembut sambil tersenyum membuat Sunghoon mengangguk pelan.

“Jadi gimana bibir mommy?

Jay mulai berjalan kearah meja riasnya dan mengecek bibirnya, ampuh juga pikirnya, kini bibir miliknya tidak lagi terlalu kering lagi setelah di cium oleh Sunghoon.

Merasa sebuah tangan melingkar di pinggangnya, Jay menoleh mendapati Sunghoon di belakangnya yang sibuk mengecupi leher pelan.

“Gimana?” Tanya Sunghoon lalu menghentikan acara mencium leher Jay dan menatap pantulan dirinya yang memeluk Jay di kaca meja rias itu.

“Lumayan ampuh, bibir mommy udha ga terlalu kering”

Sunghoon tertawa pelan lalu mengecup pipi Jay lembut, matanya melirik kearah jam dan pintu.

mommy berubah pikiran hoon, Mau lanjutin yang tadi..?” Lirih Jay sembari mendongakan kepalanya, menatap Sunghoon.

“Suami mommy gimana?”

Jay membalikan badannya lalu memeluk leher Sunghoon, dan mendekatkan bibirnya ke dekat telinga Sunghoon.

tonight is our night hoonie~, jangan pikirin tentang Heeseung” bisik Jay pelan lalu mengecup telinga Sunghoon.

Sunghoon tersenyum licik lalu mencuri 1 kecupan di bibir Jay.

——

Let me go

—————

“Jadi gimana?” Tanya Pria bernama Sunghoon itu sembari mendudukan pantatnya di sebelah kekasihnya.

“Gabisa..” Pria mungil itu menghela nafas pelan lalu menyenderkan kepalanya ke bahu lebar milik Sunghoon.

Sunghoon menatap kekasihnya lalu menggusak rambut lelaki mungil itu dengan lembut.

“Gapapa, nanti gue usahain biar kita bisa bareng lagi Seong”

Lelaki bernama Jongseong itu tersenyum lirih lalu menidurkan kepalanya di bebatuan itu dan menatap ke arah langit malam.

Langit malam ini di hiasi oleh banyak bintang kecil, Sunghoon yang melihat Jay tiduran mulai ikut menidurkan kepalanya di samping si mungil.

“Aku gamau nikah sama dia hoon..” lirihan Jongseong membuat Sunghoon menoleh lalu menggenggam tangan Jongseong yang mungil lalu mengelusnya pelan.

Everything will be alright okei? Jangan banyak pikiran tentang masalah nikah itu, nanti gue ngomong sama si om” balas Sunghoon sambil menoleh ke arah Jongseong dan tersenyum menatap kekasih mungilnya sibuk menatap bintang-bintang.

“Makasih Hoon”

Sunghoon melirik Jongseong dengan muka ke bingungannya, mengapa Jongseong berterimakasih kepada dia pikirnya.

“Buat?”

“Yaaa, buat semuanya” Ucap Jongseong lalu ia bangkit dari acara tidurannya dan menatap Sunghoon lalu tersenyum pelan.

“Hoon, lepasin aku ya?” Sunghoon membulatkan matanya ketika mendengar perkataan yang di lontarkan kekasihnya itu, ia segera menggeleng dengan cepat.

“Ga mau, dan ga akan pernah mau”

“Hoon—

“MAU GIMANA PUN AKU YANG DULUAN MILIKIN KAMU SEONG!” Teriakan Sunghoon mengglegar membuat Jay tersentak lalu menunduk, air mata mulai keluar dari kedua mata indah milik Jay.

“A-aku gabisa Hoon..”

“Gue yang bakal ngomong sama si Om, Seong? trust me ok?

Jongseong menggeleng pelan tanda tidak, membuat Sunghoon menatap Jongseong dengan tatapan marahnya.

“Engga Hoon..”

“Lo jangan nyerah dulu Seong!”

“Gabisa hoon, gabisa!”

“Lo tuh kenapasih? Kemarin-kemarin ga kay—

“AKU GABISA NGELAWAN PAPA HOON!”

Sunghoon terdiam, melirik Jongseong yang menunduk sambil terisak pelan, tangan panjang Sunghoon menarik tangan kecil Jongseong, membawa lelaki itu ke dalam pelukannya.

“Maaf, maafin gue” lirih Sunghoon sembari mengusap rambut Jongseong, sedangkan Jongseong terisak pelan, menangis di bahu milik Sunghoon.

“Kalo itu kemauan lo, gue bakal ngelepasin lo..”

Jongseong menoleh menatap wajah Sunghoon yang kini merah dengan mata yang sembab.

“Maaf Hoon, maafin aku”

“Bukan salah lo, Tuhan emang ngga setuju kalo kita bersatu”

Sunghoon menatap Jay yang kini menatapnya, tanpa permisi, Sunghoon mengecup bibir bergetar itu lalu tersenyum.

“Buat kenang-kenangan” Jongseong tersenyum pelan lalu mempererat pelukan itu, serasa tidak mau pergi dari pelukan milik Sunghoon.

“Udah ya pelukannya ? Itu Kak Heeseung nungguin loh”

Jongseong melirik kearah telunjuk milik Sunghoon, melihat bayangan orang yang melambai menunggu Jongseong.

“Makasih Hoon, Makasih” Jongseong mengecup pipi Sunghoon sekilas lalu mulai pergi meninggalkan Sunghoon—

Selamanya.

_______

Let me go

—————

“Jadi gimana?” Tanya Pria bernama Sunghoon itu sembari mendudukan pantatnya di sebelah kekasihnya.

“Gabisa..” Pria mungil itu menghela nafas pelan lalu menyenderkan kepalanya ke bahu lebar milik Sunghoon.

Sunghoon menatap kekasihnya lalu menggusak rambut lelaki mungil itu dengan lembut.

“Gapapa, nanti gue usahain biar kita bisa bareng lagi Seong”

Lelaki bernama Jongseong itu tersenyum lirih lalu menidurkan kepalanya di bebatuan itu dan menatap ke arah langit malam.

Langit malam ini di hiasi oleh banyak bintang kecil, Sunghoon yang melihat Jay tiduran mulai ikut menidurkan kepalanya di samping si mungil.

“Aku gamau nikah sama dia hoon..” lirihan Jongseong membuat Sunghoon menoleh lalu menggenggam tangan Jongseong yang mungil lalu mengelusnya pelan.

“*Everything will be alright okei? * Jangan banyak pikiran tentang masalah nikah itu, nanti gue ngomong sama si om” balas Sunghoon sambil menoleh ke arah Jongseong dan tersenyum menatap kekasih mungilnya sibuk menatap bintang-bintang.

“Makasih Hoon”

Sunghoon melirik Jongseong dengan muka ke bingungannya, mengapa Jongseong berterimakasih kepada dia pikirnya.

“Buat?”

“Yaaa, buat semuanya” Ucap Jongseong lalu ia bangkit dari acara tidurannya dan menatap Sunghoon lalu tersenyum pelan.

“Hoon, lepasin aku ya?” Sunghoon membulatkan matanya ketika mendengar perkataan yang di lontarkan kekasihnya itu, ia segera menggeleng dengan cepat.

“Ga mau, dan ga akan pernah mau”

“Hoon—

“MAU GIMANA PUN AKU YANG DULUAN MILIKIN KAMU SEONG!” Teriakan Sunghoon mengglegar membuat Jay tersentak lalu menunduk, air mata mulai keluar dari kedua mata indah milik Jay.

“A-aku gabisa Hoon..”

“Gue yang bakal ngomong sama si Om, Seong? trust me ok?

Jongseong menggeleng pelan tanda tidak, membuat Sunghoon menatap Jongseong dengan tatapan marahnya.

“Engga Hoon..”

“Lo jangan nyerah dulu Seong!”

“Gabisa hoon, gabisa!”

“Lo tuh kenapasih? Kemarin-kemarin ga kay—

“AKU GABISA NGELAWAN PAPA HOON!”

Sunghoon terdiam, melirik Jongseong yang menunduk sambil terisak pelan, tangan panjang Sunghoon menarik tangan kecil Jongseong, membawa lelaki itu ke dalam pelukannya.

“Maaf, maafin gue” lirih Sunghoon sembari mengusap rambut Jongseong, sedangkan Jongseong terisak pelan, menangis di bahu milik Sunghoon.

“Kalo itu kemauan lo, gue bakal ngelepasin lo..”

Jongseong menoleh menatap wajah Sunghoon yang kini merah dengan mata yang sembab.

“Maaf Hoon, maafin aku”

“Bukan salah lo, Tuhan emang ngga setuju kalo kita bersatu”

Sunghoon menatap Jay yang kini menatapnya, tanpa permisi, Sunghoon mengecup bibir bergetar itu lalu tersenyum.

“Buat kenang-kenangan” Jongseong tersenyum pelan lalu mempererat pelukan itu, serasa tidak mau pergi dari pelukan milik Sunghoon.

“Udah ya pelukannya ? Itu Kak Heeseung nungguin loh”

Jongseong melirik kearah telunjuk milik Sunghoon, melihat bayangan orang yang melambai menunggu Jongseong.

“Makasih Hoon, Makasih” Jongseong mengecup pipi Sunghoon sekilas lalu mulai pergi meninggalkan Sunghoon—

Selamanya.

_______

Cimol


“Jadi mau kemana kita je?” Tanya Sekar sambil memainkan kunci motornya menunggu Jehan selesai memakai sepatunya.

“Nongkrong aja ah, kemana kek beli cilor cimol gitu” Balas Jehan lalu mulai bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Sekar yang sedang bersandar di motornya.

“Cimol trus, noh pipi lo kek cimol” Jehan menatap sinis Sekar yang terkekeh lalu memukul helm Sekar dengan totebagnya.

“Bacot Sekar, buru nyalain”

“Wkwk sabar manis, ini juga mau di nyalain” Sekar mencubit pipi Jehan gemas lalu mulai menyalakan mesin motornya, memberi kode untuk menyuruh Jehan naik.

“Peluk pinggang gue, Jehan” Jehan menggeleng, dia tahu pasti itu akal-akalan Sekar.

“Gue ngebut loh nanti”

Dengan cepat Jehan memeluk pinggang Sekar lalu menidurjan kepapanya di punggung lebar milik cowok blasteran itu.

“Wkwkw giliran di ancem baru meluk, yaudah pegangan ya, gue beneran mau ngebut” Sekar mulai melajukan motornya dengan cepat membuat, Jehan serasa di ajak untuk mati bersama oleh Sekar.

“SEKAR BANGSAT PELAN-PELAN BEGO” Teriak Jehan lalu memukul punggung Sekar membuat Sekar meringis lalu tertawa kecil, membuat Jehan takut memang kewajiban bagi seorang Sekar Maheswara.

“Iya maaf ayang, ini pelan-pelan kok abis ini” Jehan mendengus kasar, pasti Sekar berbohong ingin pelan-pelan. Dia selalu menyetir seperti membawa Jehan untuk menemui Tuhan.


Kini Jehan dan Sekar sudah sampai di tempat tujuan mereka, Jehan mulai turun dari motor sekar dan membuka helmnya.

“Sekar lelet kek siput, cepetan!! Nanti kalo cimolnya keburu pulang gimana” Omel Jehan kepada Sekar ketika melihat Sekar sibuk dengan handphonenya membuat Jehan melotot.

“Iya-iya, sabar jee” Sekar turun dari motornya lalu menaruh helmnya, dan ikut menyusuli Jehan yang sudah jalan duluan di depannya.

Mata Jehan berbinar kala melihat banyak makanan yang berderet sepanjang jalan itu, membuat perut Jehan berbunyi.

Jehan menatap salah satu jajanan yang dia sukai, yaitu cimol.

Jehan mulai membuka dompetnya tapi sayang sekali dompetnya kosong hanya berisi kertas transaksi, Jehan melirik kearah Sekar yang sedang bermain Handphone lalu Jehan menarik kecil jaket hitam milik Sekar.

“Sekar....mau cimol” Ucap Jehan sambil menatap Sekar dengan berbinar dan menggembungkan pipinya itu, Sekar menatap abang-abang yang jualan cimol itu lalu menatap Jehan.

Dia menggeleng tanda tidak boleh membuat Jehan melotot kearahnya.

“Kok gitu sih!”

“Banyak micinnya Je, yang lain aja ya? Cendol mau?” Jehan menggeleng pandangannya masi tetap kearah cimol itu, berharap Sekar mau membelikannya.

“Sekar mau..“lirih Jehan sambil menarik-narik jaket Sekar, Sekar menghela nafas lalu mengangguk pelan membuat Jehan memekik lalu menarik tangan Sekar kearah abang-abang yang jualan cimol.

Setelah mendapatkan cimolnya, Jehan dan Sekar duduk di kursi taman, Jehan sibuk memakan cimolnya sedangkan Sekar sibuk menatap Jehan.

“Makan belepotan, kek bayi” Ucap Sekar lalu mengelap ujung bibir Jehan yang tadi dipenuhi oleh bumbu cimol.

Jehan acuh saja lalu kembali memakan cimolnya tanpa memedulikan Sekar di sebelahnya yang sedang menatapnya.

“Sekar minum” pinta Jehan, Sekar langsung memberikan coca cola miliknya kepada Jehan.

“Je, bagi dong cimolnya”

“Udah abis, Sekarr” balas Jehan sambil mengelap mulutnya dengan tisu lalu membuangnya ke tempat sampah di sebelahnya.

“Bukan dari cimolnya, dari bibir lo” Jehan membulatkan matanya lalu menatap Sekar dengan bingung.

“Gimana caranya?” Tanya Jehan.

“Gini..”

Sekar memegang tengkuk Jehan lalu mulai mencium bibir milik Jehan dengan pelan, Jehan sudah menbulatkan matanya, ingin melepas pun, Sekar malah memperdalam ciuman mereka.

eumh...s-sekar

lirih Jehan tapi di hiraukan oleh Sekar, Sekar melumat bibir Jehan, merasa cukup, Sekarang melepas tautan itu lalu menatap mata Jehan yang berair karena ciuman itu.

Sekar mengecup bibir Jehan sekilas lalu tersenyum, Jeham yang merasa malu langsung mengumpatkan mukanya di bahu Sekar.

“Sekar maluu ih, kenapa harus disini sih, emang cimolnya kerasa?” Sekar mengangguk sambil menjilat bibirnya.

“Kerasa yang, asin-asin gitu” Jehan memukul lengan Sekar pelan membuat Sekar meringis sakit.

“Gausah di jelasin juga kali rasanya” omel Jehan, sedangkan Sekar hanya tertawa lalu menggusak surai hitam Jehan.

Malam itu pun mereka habiskan untuk jalan-jalan sesekali juga jajan sih.

Room

____

Kini Jay meringkuk di tempat tidurnya sambil memeluk boneka rubah-nya, sesekali mengeratkan pelukannya kepada boneka itu karena ketakutan.

Sudah pukul 9 malam tapi kekasihnya belum pulang dan sial-nya little space miliknya kambuh di saat keadaan seperti ini.

Jika tidak kambuh dia berani-berani saja sendirian di apartnya tanpa memedulikan kekasihnya pulang jam berapa tapi jika littlenya kambuh, dia akan ketakutan dan hanya meringkuk di kasur milik mereka berdua itu.

Serasa mendengar suara pintu kamar terbuka, Jay makin mengeratkan pelukannya pada boneka rubah yang dia pegang.

Selimut Jay terbuka menampakan sosok yang dia tunggu dari tadi yaitu Lee Heeseung kekasihnya.

Hiks...hyung” Jay mengangkat tangannya memberi kode kepada Heeseung untuk menggendongnya, Heeseung yang paham mulai mengangkat tubuh Jay dan menggendongnya.

Jay memeluk leher Heeseung, kepalanya ia benamkan di leher kekasihnya itu. Sedangkan pantatnya di tepuk-tepuk okeh Heeseung, guna menenangkan tangisan Jay.

“Maaf ya, tadi meeting di perpanjang, jadi hyung baru pulang sekarang” tangan Heeseung beralih mengelus surai hitam Jay, Jay hanya mengangguk kecil tanda paham.

“Mau susu?”

eum! Mau-mau!” Ucap Jay girang, Heeseung terkekeh lalu mencium pipi chubby Jay.

“Baiklah, bayi besar”

Heeseung keluar dari kamar mereka dengan Jay yang masih berada di gendongannya itu, mereka berdua mulai berjalan menuju kearah dapur.

“Ingin rasa apa sayang?” Tanya Heeseung sembari menolehkan wajahnya menatap si manis yang sedang berpikir.

stawbeyi?” Heeseung terkekeh pelan ketika Jay berbicara dengan nada bayi-nya itu, ah Heeseung jadi ingin memeluknya dan tidak akan melepaskannya walau dia akan memberontak dan berakhir mengamuk.

anything for my baby” Heeseung mulai mengambil cangkir bergambar bebek kesukaan Jay dan menuangkan bubuk susu, setelah menyeduh dengan air akhirnya susu itu jadi.

Heeseung mengambik cangkir itu lalu berjalan kearah sofa dan mendudukan dirinya di sofa itu sedangkan posisi Jay kini di pangkuannya.

“Minum sendiri atau hyung pegangin?”

“Sendiri! jay uda besar tau” Heeseung tersenyum lalu mencium pipi Jay berkali-kali membuat Jay kesal.

“Hyung..berenti dulu! Jay nda bisa minum ini >:(” ucap Jay sambil mengerucutkan bibirnya.

Heeseung tertawa pelan lalu mengcup bibir Jay sekilas.

“Iya-iya maaf sayang, ini ngga di gangguin lagi” Jay tersenyum cerah lalu mulai meminum susu strawberry yang dibuatkan Heeseung.

Merasa susu itu sudah habis, Jay langsung menyerahkan cangkir itu ke Heeseung, Heeseung mengambik cangkir itu lalu menaruhnya di meja kecil yang ada di sebelah sofa.

Jay merangkak ke sebelah Heeseung lalu duduk sambil memainkan boneka rubahnya yang ia bawa dari kamar.

Sedangkan Heeseung sibuk memainkan handphonenya itu sesekali mengawasi Jay, biasanya Jay kalau dalam mode little dia akan lebih aktif jadi Heeseung harus ngawasin dia.

Heeseung ngelirik kearah Jay, Jay udah ngucek-ngucek matanya karena dia udah ngelewatin bed time-nya, Heeseung yang sadar langsung matiin handphonenya dan ngedeket ke-arah Jay.

it's your bed time sini hyung gendong” Jay ngangguk-ngangguk lalu ngerentangin tangannya, minta Heeseung untuk ngegendong dia.

Setelah berhasil ngegendong Jay, Heeseung langsung jalan kearah kamar mereka lalu naruh Jay di kasur.

Heeseung mulai ngambil selimur kesayangan Jay yang tadi jatoh, Heeseung mulai nyelimutin Jay. Setelah merasa Jay udah tidur, Heeseung mengecup kening Jay lalu pipinya.

goodnight baby Jay