Special Day

Jay tersenyum cerah, menatap pantulan dirinya yang menggunakan tuxedo putih dan pita, juga mahkota bunga di atas kepalanya.

Ya, hari ini pernikahaannya dengan Heeseung, kekasihnya sejak 2 tahun yang lalu, ia dan Heeseung berhasil menjalani hubungan mereka tanpa guncangan sama sekali karena keduanya punya pemikiran yang dewasa.

Merasa ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan yang ia tempati, Jay melirik menatap Jake, sahabatnya sejak kecil yang sudah berdiri di sana sambil tersenyum.

“Kenapa?”

“Acaranya udah mau mulai Jay, mau sampai kapan kamu berdiri disitu terus?” Jay terkekeh pelan, lalu mendekat kearah Jake sambil memegang bouquet bunga mawar merah dan putih itu.

“Maaf, aku terlalu shock sampe ga sadar” Ujar Jay membuat Jake menghela nafas kecil lalu mereka berdua mulai keluar dari ruangan tempat berganti baju itu.

Manik mata Jay bisa melihat Heeseung yang berdiri di altar dengan senyum di wajahnya itu, mengenakan tuxedo hitam dan keningnya yang ter-expose membuat Heeseung semakin tampan.

Jake dan Jay mulai jalan berdampingan menuju altar pernikahan itu, Jay menaikan kakinya ke anak tangga altar lalu mulai tersenyum saat berhadapan dengan Heeseung.

Sedangkan Jake sendiri sudah turun dari altar dan duduk di kursi khusus yang tersedia di sana.

Kedua mempelai itu sudah siap untuk memasang cincin di jari manis mereka sembari mengucapkan janji pernikahan tapi sebelum Heeseung melakukan itu Jay mencegatnya dengan cara menahan jari Heeseung yang hampir memasukan cincin pernikahan itu ke jari manisya.

Raut wajah Heeseung berubah bingung, dia melirik ke arah Jay yang masih tersenyum, Heeseung bisa melihat jari kecil milik Jay bergetar.

“Kenapa?” Bisik Heeseung pelan sembari menatap kedua mata Jay.

Jay mulai menarik nafas lalu mengeluarkannya secara perlahan, menggenggam bouquet bunganya dengan erat guna menyalurkan ke gugupannya.

“Sebelum itu, ada yang harus aku sampaikan”

Semua tamu undangan menatap Jay serentak, tangan Jay terulur menyuruh Jake untuk berdiri di sebelahnya.

“Ada apa Jay?”

Jay tersenyum pelan, tangan kanannya mulai menggenggam kedua tangan milik Jake lalu memberikan cincin pernikahannya kepada Jake membuat empunya membulatkan matanya.

Tangan kirinya beranjak menggenggam kedua tangan milik Heeseung lalu menyatukan tangan keduanya agar saling menggandeng.

“kalian serasi, jangan di tutupin lagi”

Perlahan genggaman tangan Jay pada tangan Heeseung dan Jake melemah, ia mulai mengambil mahkota bunganya dan menaruhnya di atas kepala Jake.

bouquet bunga mawar yang sedari tadi ia genggam mulai ia letakan di tengah-tengah Heeseung dan Jake.

“J-Jay maksut kamu apasih?” Jake melepas genggamannya dengan Heeseung lalu berjalan kearah Jay.

“Jake, dari awal aku tau kamu suka kak Hee kan? Kak Hee suka Jake juga kan? Jadi kalian gausah pura-pura lagi sekarang? Kalian sama-sama saling menyayangi. Kak Hee gausah pura-pura sayang aku lagi dan Jake jangan pura-pura ga sayang kak Hee..”

Heeseung mematung, kakinya melemas, kepalanya masih setia menunduk tidak berani melihat raut wajah kecewa(?) milik Jay.

“Disini aku antagonisnya, maaf udah bikin kalian jadi susah pacaran di public, ayo sana ucap perjanjiannyaa”

Berat bagi Jay tapi memang takdirnya sudah begini, bahwa sahabat kecilnya mencintai kekasihnya dan sebaliknya juga seperti itu, sedangkan dia hanya perantara sepertinya di hubungan mereka berdua.

Tidak sulit bagi Jay untuk menyimpulkan jika mereka saling mencintai, setiap kali ia berkencan dengan Heeseung, Heeseung selalu menanyakan kabar Jake bukan dirinya toh.

Jay melirik Jake yang masih berdiri di altar bersama Heeseung itu.

“Kamu keliatan lebih cocok pake mahkota bunga itu Jake, ketimbang aku”