Cimol


“Jadi mau kemana kita je?” Tanya Sekar sambil memainkan kunci motornya menunggu Jehan selesai memakai sepatunya.

“Nongkrong aja ah, kemana kek beli cilor cimol gitu” Balas Jehan lalu mulai bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Sekar yang sedang bersandar di motornya.

“Cimol trus, noh pipi lo kek cimol” Jehan menatap sinis Sekar yang terkekeh lalu memukul helm Sekar dengan totebagnya.

“Bacot Sekar, buru nyalain”

“Wkwk sabar manis, ini juga mau di nyalain” Sekar mencubit pipi Jehan gemas lalu mulai menyalakan mesin motornya, memberi kode untuk menyuruh Jehan naik.

“Peluk pinggang gue, Jehan” Jehan menggeleng, dia tahu pasti itu akal-akalan Sekar.

“Gue ngebut loh nanti”

Dengan cepat Jehan memeluk pinggang Sekar lalu menidurjan kepapanya di punggung lebar milik cowok blasteran itu.

“Wkwkw giliran di ancem baru meluk, yaudah pegangan ya, gue beneran mau ngebut” Sekar mulai melajukan motornya dengan cepat membuat, Jehan serasa di ajak untuk mati bersama oleh Sekar.

“SEKAR BANGSAT PELAN-PELAN BEGO” Teriak Jehan lalu memukul punggung Sekar membuat Sekar meringis lalu tertawa kecil, membuat Jehan takut memang kewajiban bagi seorang Sekar Maheswara.

“Iya maaf ayang, ini pelan-pelan kok abis ini” Jehan mendengus kasar, pasti Sekar berbohong ingin pelan-pelan. Dia selalu menyetir seperti membawa Jehan untuk menemui Tuhan.


Kini Jehan dan Sekar sudah sampai di tempat tujuan mereka, Jehan mulai turun dari motor sekar dan membuka helmnya.

“Sekar lelet kek siput, cepetan!! Nanti kalo cimolnya keburu pulang gimana” Omel Jehan kepada Sekar ketika melihat Sekar sibuk dengan handphonenya membuat Jehan melotot.

“Iya-iya, sabar jee” Sekar turun dari motornya lalu menaruh helmnya, dan ikut menyusuli Jehan yang sudah jalan duluan di depannya.

Mata Jehan berbinar kala melihat banyak makanan yang berderet sepanjang jalan itu, membuat perut Jehan berbunyi.

Jehan menatap salah satu jajanan yang dia sukai, yaitu cimol.

Jehan mulai membuka dompetnya tapi sayang sekali dompetnya kosong hanya berisi kertas transaksi, Jehan melirik kearah Sekar yang sedang bermain Handphone lalu Jehan menarik kecil jaket hitam milik Sekar.

“Sekar....mau cimol” Ucap Jehan sambil menatap Sekar dengan berbinar dan menggembungkan pipinya itu, Sekar menatap abang-abang yang jualan cimol itu lalu menatap Jehan.

Dia menggeleng tanda tidak boleh membuat Jehan melotot kearahnya.

“Kok gitu sih!”

“Banyak micinnya Je, yang lain aja ya? Cendol mau?” Jehan menggeleng pandangannya masi tetap kearah cimol itu, berharap Sekar mau membelikannya.

“Sekar mau..“lirih Jehan sambil menarik-narik jaket Sekar, Sekar menghela nafas lalu mengangguk pelan membuat Jehan memekik lalu menarik tangan Sekar kearah abang-abang yang jualan cimol.

Setelah mendapatkan cimolnya, Jehan dan Sekar duduk di kursi taman, Jehan sibuk memakan cimolnya sedangkan Sekar sibuk menatap Jehan.

“Makan belepotan, kek bayi” Ucap Sekar lalu mengelap ujung bibir Jehan yang tadi dipenuhi oleh bumbu cimol.

Jehan acuh saja lalu kembali memakan cimolnya tanpa memedulikan Sekar di sebelahnya yang sedang menatapnya.

“Sekar minum” pinta Jehan, Sekar langsung memberikan coca cola miliknya kepada Jehan.

“Je, bagi dong cimolnya”

“Udah abis, Sekarr” balas Jehan sambil mengelap mulutnya dengan tisu lalu membuangnya ke tempat sampah di sebelahnya.

“Bukan dari cimolnya, dari bibir lo” Jehan membulatkan matanya lalu menatap Sekar dengan bingung.

“Gimana caranya?” Tanya Jehan.

“Gini..”

Sekar memegang tengkuk Jehan lalu mulai mencium bibir milik Jehan dengan pelan, Jehan sudah menbulatkan matanya, ingin melepas pun, Sekar malah memperdalam ciuman mereka.

eumh...s-sekar

lirih Jehan tapi di hiraukan oleh Sekar, Sekar melumat bibir Jehan, merasa cukup, Sekarang melepas tautan itu lalu menatap mata Jehan yang berair karena ciuman itu.

Sekar mengecup bibir Jehan sekilas lalu tersenyum, Jeham yang merasa malu langsung mengumpatkan mukanya di bahu Sekar.

“Sekar maluu ih, kenapa harus disini sih, emang cimolnya kerasa?” Sekar mengangguk sambil menjilat bibirnya.

“Kerasa yang, asin-asin gitu” Jehan memukul lengan Sekar pelan membuat Sekar meringis sakit.

“Gausah di jelasin juga kali rasanya” omel Jehan, sedangkan Sekar hanya tertawa lalu menggusak surai hitam Jehan.

Malam itu pun mereka habiskan untuk jalan-jalan sesekali juga jajan sih.