Javer dan Hans

“Lo ketimbang diem doang disitu kayak patung, mending mikirin gue pake apa kesana.” Pekik Javer kesal ketika melihat om pacarnya asik berdiam diri di ranjang Javer.

“Maaf sayang, lagian kenapa ribet mikirinnya? Saya kan udah beliin bukan? Yang warna hitam?”

Javer mendengus, “Engga mungkin gue make dress item itu Om! Terlalu pendek.” Hans mengangguk paham, tidak ia sebenernya masih bingung kenapa Javer tidak mau memakai dress tersebut.

Karena Javer pusing memilih akhirnya ia pilih kemeja hitam dan celana hitam saja, urusan terlalu simple itu belakang ia masih bisa menambahkan aksesoris di pakaiannya.

“Gimana Om?” Ujar Javer menunjukan dirinya yang susah selesai berganti, oh ternyata Javer menambahkan belt agar pinggangnya lebih terlihat dan tercetak. Hans tidak tinggal diam, ia berdiri dan mengambil langkah panjang kearah Javer lalu memeluk pinggangnya.

“Cantik, selalu cantik seperti biasa.” Bisiknya dan bubuhi kecupan kecil di rahang Javer buat Javer sendiri kegelian mencoba melepaskan pelukan Hans. Javer membalikan badannya menatap Hans yang juga kini menatap dirinya, fokusnya teralihkan ketika ia lihat dasi yang lebih tua berantakan mau tidak mau ia harus membenarkannya.

“Udah tua masang dasi masih berantakan, gimanasih?!” Gerutunya sambil membenarkan dasi Hans, sedangkan yang di omeli hanya terkekeh kecil dan mencubit pipi tembam Javer.

“Om tunggu di mobil ya? Kalau sudah selesai langsung turun.” Javer mengangguk paham setelah itu Hans meninggalkannya sendiri di kamarnya yang luas.

“Siapa tau disana ketemu Om-Om lebih ganteng dari Om Hans.” Ujar Javer girang sambil mengaplikasikan lip balm di bibirnya.