Abim and Nathan.

Abim menekan bel rumah besar yang berada di hadapannya, berharap akan ada yang membukakan pintu kayu yang menjulang tinggi di depannya.

Pintu terbuka menampilkan wanita berumur sekitar 40an, wanita tersebut menyapa Abim dengan hangat, ia adalah mamanya Nathan.

“Selamat pagi Abim, tumben ya Abim pagi-pagi kesini. Ada perlu apa sayang?” Tanya mama Nathan dengan lembut.

“Pagi Tante Nala, tadi Nathan ngechat aku Tante, ngajakin kesini hehe.”

“Haduhh anak itu..maaf ya nyusahin Abim, Nathannya ada di kamar...gamau keluar dari tadi, kebetulan Tante juga mau berangkat kerja. Ajak Nathan keluar ya, Tante duluan.” Setelah berpamitan dengan Abim, Tante Nala langsung pergi kearah garasi.

Abim beranjak masuk, bagai tamu langganan dengan santainya Abim langsung menaiki anak tangga menuju lantai 2, tempat dimana kamar Nathan berada.

Ia ketuk pintunya pelan, lalu mendorongnya dan melangkah masuk ke dalam kamar berukuran besar tersebut.

Abim mengehela nafas gusar, melihat Nathan yang sibuk menggulung dirinya di dalam selimut, wajahnya di basahi peluh keringat, dan rambutnya berantakan.

“A-Abim..”

Nathan bercicit pelan, memanggil Abim untuk mendekat ke kasur yang ia tempati.

“Buka selimutnya coba.” Nathan menoleh menatap muka Abim bak anak kucing yang baru saja di buang oleh pemiliknya, perlahan ia hempaskan selimutnya menampilkan selangkangannya yang basah sekaligus vaginanya yang berdenyut dan memerah.

“Mau di colmekin Abimm, kangenn jari besar Abim.”

Abim terkekeh kecil lalu ia mulai duduk di tengah tengah selangkangan Nathan, jarinya mencubit gemas klitorisnya buat Nathan memekik.

“Kok bisa basah gini? Lo liat apa semalem hm?”

Nathan menggigit bibirnya ketika dua jari Abim mengelus pelan klitorisnya, pahanya bergetar berusah menutupi kemaluannya namun di tahan oleh tangan kiri pria yang ada di depannya.

“Kemaren Om Hendra pap ke aku—ngh! T-Tiba aku becek terus kangen dimainin Abim.”

“Ohh udah kenalan sama Om Hendra? gimana? cakep?”

Nathan mengangguk dengan mantap dan dengan tiba-tiba Abim langsung memasukan dua jarinya tanpa memberitahu Nathan sama sekali, buat empunya memekik kencang.

“Ahh!! pelan-pelan A-Abim..”

Abim menghiraukan permintaan Nathan, ia mulai menggerakan jarinya dengan cepat, jari kaki Nathan menukik, ia dilanda kenikmatan hebat.

“Enak? Enak di colmekin gue? Lonte juga lo. Udah ngerayu Om-Om minta di colmekinnya sama gue.”

“WAAAH-!! Mmh~! Abim jangan kenceng-kenceng, sayang!.” Pupil nathan bergilir kebelakang, ia masih berusaha menutup selangkangannya, ia benar-benar di buat gila oleh jari Abim.

“Gue pastiin, Om Hendra gabakal bisa ngalahin kocokan jari gue.”

Abim menggosok klitoris Nathan berantakan, ia ingin memancing Nathan untuk pipis di depannya, tangan Nathan berusaha menghentikan kocokan Abim namun dengan cepat tangannya di hempas kasar.

“Abim mau pipis!—AaaH-! Mmh.”

Abim tersenyum getir, ia semakin menaikan tempo kocokannya buat Nathan gila, Nathan mendesah panjang ia mengeluarkan pipisnya, cairan tersebut membuat vaginanya makin becek.

“Bangsat, lo bikin jaket gue basah anjing.” Abim menampar vagina Nathan berulang kali buat Nathan tersentak-sentak.

“U-Udah—kocokan kamu enak banget.” Ujar Nathan sambil tersenyum, mata sayunya menatap Abim. Abim tertawa lalu ia mulai menaruh selimut yang sudah setengah basah tersebut ke keranjang pakaian.

“Gue ambil selimut baru, lo gausah ngebantuin gue. Gue selesain sendiri aja di kamar mandi lo.”

Nathan mengangguk pelan lalu matanya menutup, ia memilih kembali ke alam mimpinya mungkin efek di colmekin Abim bikin dia jadi ngantuk lagi.

@mangoreyy